Bojonegoro, Lingkaralam.com – Di tengah gencarnya Pemerintah Kabupaten Bojonegoro mempromosikan slogan “Dalane Nglenyer” sebagai bukti keberhasilan pembangunan infrastruktur, kondisi berbeda justru terlihat jelas di sejumlah desa. Jauh dari pusat kota, beberapa ruas jalan perdesaan sampai hari ini masih memprihatinkan dan jauh dari kata layak.
Sejumlah titik kerusakan ditemukan di jalan penghubung Desa Mori–Guyangan Kecamatan Trucuk, akses Desa Ngujung–Tinawun, Kecamatan Malo, hingga jalur Tlotok di Kecamatan Bubulan. Kerusakan tersebut tidak hanya berupa retakan ringan, tetapi telah berubah menjadi kubangan lumpur setiap kali hujan turun. Lubang-lubang besar yang menganga menambah risiko kecelakaan bagi warga yang melintas.
Di lapangan, kondisi paving yang sebelumnya tersusun rapi kini banyak yang terkelupas dan hancur. Sebagian badan jalan bahkan amblas, menyisakan genangan air yang bertahan lama. Situasi ini semakin memperburuk akses warga, terutama saat pagi hari ketika mereka harus berangkat bekerja atau mengantar anak sekolah.
Banyak pengendara terpaksa menuntun motor melewati kubangan, sementara sebagian lainnya memilih memutar jauh demi menghindari risiko terjatuh. Warga mengaku insiden kecelakaan kecil akibat jalan licin dan berlubang sudah kerap terjadi.
“Kami tidak meminta jalan yang mewah. Kami hanya ingin jalan yang aman dilewati, yang tidak membuat kami takut setiap kali hujan turun,” ungkap salah satu warga saat ditemui di lokasi.
Menurut warga, persoalan kerusakan jalan ini bukan kali pertama terjadi. Kondisi tersebut telah berlangsung lama tanpa penanganan yang signifikan. Mereka mempertanyakan sejauh mana pemerintah daerah memperhatikan kondisi infrastruktur di wilayah pedesaan.
Padahal, jalan desa merupakan akses vital bagi masyarakat. Di jalur inilah anak-anak menuju sekolah, ibu rumah tangga pergi ke pasar, hingga para petani mengangkut hasil panen. Ketika akses rusak parah, aktivitas ekonomi dan sosial warga ikut terganggu.
Warga berharap pemerintah daerah memberikan perhatian lebih dan melakukan perbaikan sesegera mungkin. Mereka menilai pembangunan tidak cukup hanya disampaikan melalui slogan, tetapi harus dibuktikan melalui pemerataan infrastruktur di seluruh wilayah Bojonegoro.
Masyarakat desa kini hanya bisa menunggu langkah konkret dari Pemkab Bojonegoro, di tengah kesabaran yang semakin menipis namun tetap menyimpan harapan perbaikan.(Tim/LA)



